Rabu, 31 Agustus 2016

BEASISWA?? - 7 July 2016



Malam sebelumnya saya memutuskan untuk tidak tidur mengingat kereta untuk keberangkatan pagi tergolong sangat pagi. Terlebih aku belum packing.
Tapi pagi ini, aku terbangun dan mendapati aku sendiri tertidur di kamar. Panic, bingung tapi semua diredam dengan cekatan menyusun barang barang keperluan untuk pendakian di Sumatera. Malam tadi aku sudah mengontak senior di FH, orang Nias, essentrik, sedikit aneh dan begitulah. Hahahha.
Skip, skip, skip aku dapatin bang Yamo sudah stand by dan kami langsung cusk e stasiun. Untuk metode penulisan memang tekatku untuk mempelajari dan menyesuaikan dengan kondisi keilmuan yang aku temba hari ini. Sedikit kaku, lugas ,dan tegas. Tapi Bahasa sehari hari mungkin akan lebih menyesuaikan. Ahsudahlah.
Di kereta aku bertemu dengan sekeluarga yang ingin pergi ke Bandung juga. Sedikit obrolan ringan dengan saran dari bapak yang belum sempat aku kenal namanya mengatakan kalau lebih baik aku turun di Kiaracondong biar lebih dekat dengan tujuan yaitu bandara Husein Sastranegara.
Perjalanan dikereta asyik dan tidak sebosan saat pertama kali aku naik kereta di pulau Jawa. Aku lebih leluasa, lebih banyak bahan bacaan, lebih banyak referensi music sesuai keaadaan mood untuk menjelajah.
*entah kenapa aku merasa hidup dalam satu hari ini terlalu banyak untuk dijelaskan secara terperinci. Setidaknya ada satu langkah kecil untuk memulai menulis yak an?
LANJOTTTT
Kabut mulai menghantar kepergian dari kota kecil tempat menimba ilmuku yang mungkin bagi sebagian banyak orang dianggap sebagai hal yang tidak wajar menghambur hamburkan uang dengan jarak dari rumah yang sangat jauh terlebih lagi aku menimba Ilmu Hukum pula yang notabene jauh lebih bagus ditimba di kampus negeri tempat domisili KTP. Tapi ahsudahlah.
Pemberhentian di Kiaracondong mengharuskan aku untuk melanjutkan ke tujuan selanjutnya stasiun ciroyom yang katanya lebih dekat ke Bandara daripada stasiun lainnya.
Keluar dari pintu gerbang antrean untuk tiket kereta daerah terlalu padat hingga aku bertemu dengan seorang om-om yang kutafsir umur 40an dengan baik hati menyarankan aku untuk pergi dengan angkot. Terimakasih buat penjelasan yang sangat amat teramat jelas. Tapi perjalanan menurut survei harus dialihkan ketujuan yang awalnya menuju ciroyom menjadi Stasiun Kota Bandung.
Jujur, ini yang kedua kali aku berada dan bertualang di Kota Kembang ini, sangat signifikan aku rasakan ketika terjun “langsung” kemasyarakat dan ikut membaur ketimbang pertama kali aku kemari dengan teman. Aku merasa mereka sangat bersahabat dan sangat amat sagat si amat dan sahat sagala bodo amat.
diStasiun Bandung, aku baru kepikiran aku mulai lelah letih lesu linglung dan lunglai. Aku mulai mencari tempat penginapan. Jujur tubuhku tidak sekuat yang dulu dan ternyata belum ada tempat tidur yang benar benar rekomendasi dan recommended di kota Bandung. Mungkin ya ada, tapi belum nemu mas…….
Awalnya aku sudah ketemu referensi di internet untuk hostel yang dekat ke perhentian ku hari ini, stasiun bandung. Kurang lebih google mengatakan kalau itu “cuman” 500 meter dari stasiun kota Bandung. Ternyata, setelah sampai di lokasi dan putar kesana kemari. Aku menemukannyaaaa..!!! TADAAAAA
Tapi sudah bangkrut wkwkwkkwk
Dengan saran dari bapak bapak yang jaga toko sendirian dan seperti jomblo padahal udah tua. Katanya coba cari aja disekitar kurang lebih 500 meter dari hotel bangsat kampret lontong yang udah tutup tadi. Banyak hostel murah kok dipinggir jalan. “katanya”.
Sampai dilokasi, hotel yang tadi katanya melati dipinggir jalan dan murah tadi yang aku liat adalah hotel bapak mamak anak adek dan kawan kawan yang hargannya melebihi budget makan kosan eh melebihi anggaran bensin selama di Purwokerto selama 1 bulan.
Tapi balik ke sifat orang Bandung yang baru aku temui hari ini. Mereka mengarahkan aku ke tempat hostel dibelakang hostel yang banyak BULE NYA!!!!! WKWKWKWK
Kapan lagi sekamar ama bule wak!! Wkwkwk. Dan klen tau *lagak Medan. Aku sekamar ama 2 cewe buleeeeee dan… besar wkwkwkwk
Plan for tonight? Looking for girlssss awyeahhhh wkwkwkwk
Malamnya aku menyusuri jalan mulai ke gedung satai, quite good places..
LANJOTT KE SARITEM
Lokasi saritem kurang lebih 600 meter dari hostels saya. Tidak seperti lokalisasi yang berada di Purwokerto, Saritem lebih kurang lebih luas dan lebih banyak pilihan
Setelah mengiyakan tawaran dari AA AA yang mangkal didepan gang, kami mulai menyisir kompleks wanita ini. Sangat disayangkan karena pekerja disini masih pada liburan jadinya cuman sedikit yang kami jumpain. AA mengatakan kalau budget buat ST itu kurang lebih 250. Whatever lah, inyong ora tertarik koh.
Setelah ke saritem, aku mulai mengunjungi kompleks Bandung Trade Center jujur ini perjalanan yang amat sangat panjang kalau kamu jalan kaki. Tapi aku dapat banyak foto bagus disini. Pencahayaan remang remang seakan menceritakan Bandung dengan sisi lainnya yang biasanya kurang dilihat masyarakat umum. Jujur baru kali ini aku bisa ngejepret beberapa foto dengan kondisi yang kala itu malam dan itu cukup memuaskan.
Ya… bandung dengan segala cerita dan keberagamannya. Memang awalnya dan pertama kali kemari Bandung menjadi punya kisah negative tersendiri bagi aku. Tapi kali ini aku seakan mendapati diriku sendiri kembali. Ryvan yang hidup dalam tempat antah berantah, dengan kondisi menghemat, namun melihat potensi suatu kota dengan perspektif yang berbeda. Yea, memang apapun itu bila kita lihat dari sisi yang lain, kenyataan juga berubah.
Kembali ke hotel, aku langsung mandi mengingat bau yang cukup menyegat apabila aku melanjutkan tidur dengan kondisi badan yang basah, lengket dan tidak tau bagaimana jadinya respon dari 2 bule cewek dari jerman itu. Walaupun jujur aku masih penasaran sama orang yang tidur diatas tempat tidurku.
Segelas kopi dilengkapi dengan roti sisa pemberian AA tionghoa pemilik hostels aku menikmati malam. Sebelum kembali ke hotel aku sempat bertemu atau mungkin lebih tepatnya melihat a homeless man makan dipinggir jalan dengan makanan yang mungkin aku tidak tahu asal usulnya darimana. Tapi dari pandangan ku, makannanya sudah tidaklah lagi layak makan. Akhirnya aku memutuskan memberi sepuluh ribu ke dia. Tidak besar memang. Tapi setidaknya dari memberi aku ikut merasakan apa yang dia rasakan. Bila kita lihat dikehidupan sehari hari seorang mahasiswa apalagi di Purwokerto, masih banyak dari kita mahasiswa tidak tau diri, memang bisa dibilang kalau purwokerto memiliki standar biaya hidup yang tidak mahal, orang orang bebas seenak gabrek mengambil nasi sebanyak banyaknya tapi banyak dari mereka tidak menghabiskan (maaf sulit mengartikan dan Bahasa juga struktur Bahasa aku belum jelas) padahal masih banyak orang diluar sana berjuang mati matian untuk sepiring nasi yang dibuang oleh para mahasiswa yang katanya “INTELEKTUAL”
Belum lagi para mahasiswa bidik misi ataupun penerima beasiswa yang lain. Memanglah mereka diberi uang saku yang menurutku cukup besar selama masa studinya tapi bagaimana cara mereka menghabiskan dana yang dipungut dari seluruh masyarkat dan seharusnya harus disalurkan ke mereka yang benar membutuhkan menjadi sebuah tanda tanya. Masih banyak diluar sana tidak mengetahui info dan bahkan tidak mendapat beasiswa karena kepolosan mereka dalam mengibulin pihak universitas terkait penghasilan orang tua.
Aapa pun itu..
AKU MENOLAK KERAS SIFAT TIDAK BERSYUKUR! MENENTANG KERAS PEMBOROSAN KALIAN ! AKU MENENTANG KERAS KALIAN YANG KATANYA PARA PIHAK INTELEK TAPI TIDAK BERMORIL!
ANW INI AKU SELESAIKAN DI ATAS PESAWAT  LION AIR BANDUNG – MEDAN
HORAS!

7 July 2016

BEASISWA?? - 7 July 2016



Malam sebelumnya saya memutuskan untuk tidak tidur mengingat kereta untuk keberangkatan pagi tergolong sangat pagi. Terlebih aku belum packing.
Tapi pagi ini, aku terbangun dan mendapati aku sendiri tertidur di kamar. Panic, bingung tapi semua diredam dengan cekatan menyusun barang barang keperluan untuk pendakian di Sumatera. Malam tadi aku sudah mengontak senior di FH, orang Nias, essentrik, sedikit aneh dan begitulah. Hahahha.
Skip, skip, skip aku dapatin bang Yamo sudah stand by dan kami langsung cusk e stasiun. Untuk metode penulisan memang tekatku untuk mempelajari dan menyesuaikan dengan kondisi keilmuan yang aku temba hari ini. Sedikit kaku, lugas ,dan tegas. Tapi Bahasa sehari hari mungkin akan lebih menyesuaikan. Ahsudahlah.
Di kereta aku bertemu dengan sekeluarga yang ingin pergi ke Bandung juga. Sedikit obrolan ringan dengan saran dari bapak yang belum sempat aku kenal namanya mengatakan kalau lebih baik aku turun di Kiaracondong biar lebih dekat dengan tujuan yaitu bandara Husein Sastranegara.
Perjalanan dikereta asyik dan tidak sebosan saat pertama kali aku naik kereta di pulau Jawa. Aku lebih leluasa, lebih banyak bahan bacaan, lebih banyak referensi music sesuai keaadaan mood untuk menjelajah.
*entah kenapa aku merasa hidup dalam satu hari ini terlalu banyak untuk dijelaskan secara terperinci. Setidaknya ada satu langkah kecil untuk memulai menulis yak an?
LANJOTTTT
Kabut mulai menghantar kepergian dari kota kecil tempat menimba ilmuku yang mungkin bagi sebagian banyak orang dianggap sebagai hal yang tidak wajar menghambur hamburkan uang dengan jarak dari rumah yang sangat jauh terlebih lagi aku menimba Ilmu Hukum pula yang notabene jauh lebih bagus ditimba di kampus negeri tempat domisili KTP. Tapi ahsudahlah.
Pemberhentian di Kiaracondong mengharuskan aku untuk melanjutkan ke tujuan selanjutnya stasiun ciroyom yang katanya lebih dekat ke Bandara daripada stasiun lainnya.
Keluar dari pintu gerbang antrean untuk tiket kereta daerah terlalu padat hingga aku bertemu dengan seorang om-om yang kutafsir umur 40an dengan baik hati menyarankan aku untuk pergi dengan angkot. Terimakasih buat penjelasan yang sangat amat teramat jelas. Tapi perjalanan menurut survei harus dialihkan ketujuan yang awalnya menuju ciroyom menjadi Stasiun Kota Bandung.
Jujur, ini yang kedua kali aku berada dan bertualang di Kota Kembang ini, sangat signifikan aku rasakan ketika terjun “langsung” kemasyarakat dan ikut membaur ketimbang pertama kali aku kemari dengan teman. Aku merasa mereka sangat bersahabat dan sangat amat sagat si amat dan sahat sagala bodo amat.
diStasiun Bandung, aku baru kepikiran aku mulai lelah letih lesu linglung dan lunglai. Aku mulai mencari tempat penginapan. Jujur tubuhku tidak sekuat yang dulu dan ternyata belum ada tempat tidur yang benar benar rekomendasi dan recommended di kota Bandung. Mungkin ya ada, tapi belum nemu mas…….
Awalnya aku sudah ketemu referensi di internet untuk hostel yang dekat ke perhentian ku hari ini, stasiun bandung. Kurang lebih google mengatakan kalau itu “cuman” 500 meter dari stasiun kota Bandung. Ternyata, setelah sampai di lokasi dan putar kesana kemari. Aku menemukannyaaaa..!!! TADAAAAA
Tapi sudah bangkrut wkwkwkkwk
Dengan saran dari bapak bapak yang jaga toko sendirian dan seperti jomblo padahal udah tua. Katanya coba cari aja disekitar kurang lebih 500 meter dari hotel bangsat kampret lontong yang udah tutup tadi. Banyak hostel murah kok dipinggir jalan. “katanya”.
Sampai dilokasi, hotel yang tadi katanya melati dipinggir jalan dan murah tadi yang aku liat adalah hotel bapak mamak anak adek dan kawan kawan yang hargannya melebihi budget makan kosan eh melebihi anggaran bensin selama di Purwokerto selama 1 bulan.
Tapi balik ke sifat orang Bandung yang baru aku temui hari ini. Mereka mengarahkan aku ke tempat hostel dibelakang hostel yang banyak BULE NYA!!!!! WKWKWKWK
Kapan lagi sekamar ama bule wak!! Wkwkwk. Dan klen tau *lagak Medan. Aku sekamar ama 2 cewe buleeeeee dan… besar wkwkwkwk
Plan for tonight? Looking for girlssss awyeahhhh wkwkwkwk
Malamnya aku menyusuri jalan mulai ke gedung satai, quite good places..
LANJOTT KE SARITEM
Lokasi saritem kurang lebih 600 meter dari hostels saya. Tidak seperti lokalisasi yang berada di Purwokerto, Saritem lebih kurang lebih luas dan lebih banyak pilihan
Setelah mengiyakan tawaran dari AA AA yang mangkal didepan gang, kami mulai menyisir kompleks wanita ini. Sangat disayangkan karena pekerja disini masih pada liburan jadinya cuman sedikit yang kami jumpain. AA mengatakan kalau budget buat ST itu kurang lebih 250. Whatever lah, inyong ora tertarik koh.
Setelah ke saritem, aku mulai mengunjungi kompleks Bandung Trade Center jujur ini perjalanan yang amat sangat panjang kalau kamu jalan kaki. Tapi aku dapat banyak foto bagus disini. Pencahayaan remang remang seakan menceritakan Bandung dengan sisi lainnya yang biasanya kurang dilihat masyarakat umum. Jujur baru kali ini aku bisa ngejepret beberapa foto dengan kondisi yang kala itu malam dan itu cukup memuaskan.
Ya… bandung dengan segala cerita dan keberagamannya. Memang awalnya dan pertama kali kemari Bandung menjadi punya kisah negative tersendiri bagi aku. Tapi kali ini aku seakan mendapati diriku sendiri kembali. Ryvan yang hidup dalam tempat antah berantah, dengan kondisi menghemat, namun melihat potensi suatu kota dengan perspektif yang berbeda. Yea, memang apapun itu bila kita lihat dari sisi yang lain, kenyataan juga berubah.
Kembali ke hotel, aku langsung mandi mengingat bau yang cukup menyegat apabila aku melanjutkan tidur dengan kondisi badan yang basah, lengket dan tidak tau bagaimana jadinya respon dari 2 bule cewek dari jerman itu. Walaupun jujur aku masih penasaran sama orang yang tidur diatas tempat tidurku.
Segelas kopi dilengkapi dengan roti sisa pemberian AA tionghoa pemilik hostels aku menikmati malam. Sebelum kembali ke hotel aku sempat bertemu atau mungkin lebih tepatnya melihat a homeless man makan dipinggir jalan dengan makanan yang mungkin aku tidak tahu asal usulnya darimana. Tapi dari pandangan ku, makannanya sudah tidaklah lagi layak makan. Akhirnya aku memutuskan memberi sepuluh ribu ke dia. Tidak besar memang. Tapi setidaknya dari memberi aku ikut merasakan apa yang dia rasakan. Bila kita lihat dikehidupan sehari hari seorang mahasiswa apalagi di Purwokerto, masih banyak dari kita mahasiswa tidak tau diri, memang bisa dibilang kalau purwokerto memiliki standar biaya hidup yang tidak mahal, orang orang bebas seenak gabrek mengambil nasi sebanyak banyaknya tapi banyak dari mereka tidak menghabiskan (maaf sulit mengartikan dan Bahasa juga struktur Bahasa aku belum jelas) padahal masih banyak orang diluar sana berjuang mati matian untuk sepiring nasi yang dibuang oleh para mahasiswa yang katanya “INTELEKTUAL”
Belum lagi para mahasiswa bidik misi ataupun penerima beasiswa yang lain. Memanglah mereka diberi uang saku yang menurutku cukup besar selama masa studinya tapi bagaimana cara mereka menghabiskan dana yang dipungut dari seluruh masyarkat dan seharusnya harus disalurkan ke mereka yang benar membutuhkan menjadi sebuah tanda tanya. Masih banyak diluar sana tidak mengetahui info dan bahkan tidak mendapat beasiswa karena kepolosan mereka dalam mengibulin pihak universitas terkait penghasilan orang tua.
Aapa pun itu..
AKU MENOLAK KERAS SIFAT TIDAK BERSYUKUR! MENENTANG KERAS PEMBOROSAN KALIAN ! AKU MENENTANG KERAS KALIAN YANG KATANYA PARA PIHAK INTELEK TAPI TIDAK BERMORIL!
ANW INI AKU SELESAIKAN DI ATAS PESAWAT  LION AIR BANDUNG – MEDAN
HORAS!

7 July 2016