Jumat, 02 September 2016

Pygmy Marmoset - Cerita Tentang Pohon



Dia berdiri tegap tiada suara
Menderap setiap suara suara mereka
Kekar diantara desa deru kota
Menyesap asap yang sesakkan dunia
Dibawah daun daunnya manusia
Berlomba menulis sejarah manusia
Dibawah ranting2 mereka saling tertawa bercinta dan menyeka airata
Dia menemani setiap musim berganti
Dia kekasih hati sang bumi
Dia menemani setiap musim berganti
Dia kekasih hati sang bumi

Pygmy Marmoset - Cerita Senja



Melihatmu dari tepi kota
Mereka meka menawan
Pecah semilir senja kuihat dia merona
Gemulai dia menari
Memayungi letihnya hati
Bertutur ia tentang setiap peluh dan asa
Memberi tanda saatnya rebahkan raga
Bawa aku kesana
Kehangat pelukannya
Sang angkasa merah
Melagukan rindu
Semerdu senandung senja
Tenang merangkul sudut kodratnya
Setiap jengkal tercap cerita
Menyapa lembut langkah yang lelah
Merapatlah perlahan
Tududu…. Uuuuuuu…. 2x
Bawa aku kesana
Kehangat pelukannya
Sang angkasa merah
Melagukan rindu
Semerdu senandung senja

Mimpi, Dua Semestaku - 25 Agustus 2016



25 Agustus 2016
Mimpi – dua semestaku
Malam sebelum aku tertidur, aku sudah menahan kantuk yang terangat amat sangat ingin sekali menarik kelopak mata ini bahkan ketika aku berada diatas kendaraan kesayanganku. Iya memang cukup aneh hari ini, aku merasa lelah yang teramat sangat padahal aku tidak ada mengonsumsi kegiatan yang terbilang keras hingga menyulut api bergadang dimataku. Dari beberapa artikel yang kubaca di dunia maya mengatakan bahwa rokok dapat membuat pengkonsumsinya merasa lebih cepat letih. Saya belum mengerti definisi mengerti yang bagaimanakah yang dimaksud dari article artikel mereka tapi dari kondisiku yang sekarang, sepertinya aku tidak usah menjabarkannya lebih jauh.
Sebelum tertidur dengan malam aku mencuci muka yang sudah seharian dipapar oleh asap nikotin ataupun asap rokok ini. Sedikit ucapan terimakasih dan selamat malam buat malam yang romantic untuk Natalia dan pikiran akan adik dirumah yang katanya saat ini sedang sakit demam. Cepat sembuh Ien!
Aku memulai petualangan di alam bawah sadar ini dengan aku dan adikku paling kecil yang sekarang sudah kelas 4 SD. Kami berada di suatu stasiun dengan kereta yang ingin mulai berjalan didepan pandangan mata kami. Seketika itu tanpa memikirkan apa apa atau tanpa suatu tujuan yang jelas, kami mengejar kereta itu. Aku sedikit kewalahan untuk mengejar kereta sambil menarik adikku. Belum lagi didalam alam ini aku merasa keretanya berjalan semakin cepat. Kemudian aku mendapatkan pegangan untuk gerbong tengah. Namun sangat sulit untuk menjangkit keatasnya. Aku mulai menarik adikku sekuat tenaga tak perduli dia terseret atau bagaimanapun yang penting kereta itu bisa terkejar. Aku mulai mengaitkan satu kakiku ke pijakan keretanya. Namun aku lihat adikku semakin terpogoh pogoh mengikuti cepatnya alur kereta. Aku mulai mengalurkan tanganku satu dan kakiku sebagai pijakannya agar lebih cepat menemukan titik keseimbangan dan untuk menghindari tembok penghalang orang orang seperti kami naik ke kereta. Setelah ia menggapai tanganku dan menginjakkan kakinya tepat dikakiku aku mulai menariknya sekuat tenaga kedalam dan hanya menyisakan kakiku diluar. Jantung kami berdegup tak beraturan.
Didalam kereta kami seakan tidak dilihat. Yang biasanya bila ada kejadian aneh didalam kereta beberapa orang setidaknya melirik kita. Ya memang antara perhatian dan kepo terkadang selaras. Mereka bahkan tidak sampai hati melihat aku dan adikku ngos ngosan karena mengejar kereta yang bahkan aku sampai sekarang tidak tahu apa tujuannya.
Digerbong pertama tempat kami naik, aku melihat seorang wanita berperawakan tinggi dengan kulit kuning langsat ditemani oleh seorang wanita yang samar samar aku kenal sebagai ibunya Natalia. Disaat yang bersamaan juga aku melihat adikku yang bisa jadi orang paling dekat denganku diantara anggota keluargaku yang lainnya. Tanpa aku sadari wanita tersebut melirik ke arahku diantara orang orang yang menganggap kami berdua tidak ada. Dan aku juga menyadari, mereka berdua adalah duniaku kelak.
Mimpi memang bagi sebagian besar orang cenderung abstrak. Mimpi bagi sebagian orang memang cukup penting. Tapi mimpi tak begitu saja dikatakan sebagai bunga tidur kalau tidak memiliki kesan yang mendalam bagi sebagian orang. Baik itu kesan yang terkadang menakutkan, ataupun kesan manis yang kadang ingin kamu tuangkan dalam buku catatan harian kamu.

Mimpi, Lorong dan Waktu - 20 July 2016



20 July 2016
Pukul 06.27
Banyak yang mengatakan kalau mimpi itu merupakan proses kinerja otak sewaktu manusia tidur. Dan gambaran gambaran dalam mimpi sering kali terkesan abstrak karena penggunaan memori ingatan dengan memori alam bawah sadar yang katanya dapat melebihi dari batas wajar penggunaan otak manusia yaitu 10%. Ya memang dalam keabstrakannya mimpi menyimpan berbagai arti dan berbagai misteri yang kadang membuat manusia itu  jatuh ke dalam mimpinya sendiri untuk digali.
Memang terlalu banyak tanda tanya yang ada dalam mimpi. Terkadang mimpi seakan memberi suatu pertanda akan apa yang akan terjadi, terkadang juga mimpi seakan menjadi teka teki yang harus diselesaikan untuk menjawab beragam pertanyaan di dunia nyata.
Lelap malam ini kian gelap, hari yang melelahkan baru saja memasuki masa tenggangnya. Bulan mulai menyambut mereka yang sudah letih dengan panasnya mentari. Berat mata ini kian terasa ucapan selamat malam dari mereka yang ditunggu tunggu pun tak kunjung datang.
Mimpi kali ini membawaku ke suatu alam dimana perjalanan manusia di bumi dan akhir dari perjalanannya. Aku dibawa ke suatu lorong waktu yang dimulai dari aku lahir. Sorot mataku meyorot pada suatu lorong yang tiba tiba bergerak cepat, sangat cepat. Hingga mendistorsi ruang dan waktu.
Terkadang kita merasa ada dari bagian di mimpi itu yang tidak bisa kita ingat dengan jelas. Memang sepenggal dari mimpi hari ini masih terkesan terlalu abstrak hingga sulit untuk memori jangka pendekku untuk mengingat awal dari penggalan mimpi tadi. Tapi fokusku tertuju pada masa dimana manusia sudah dewasa, tua dan mati. Didalam ajaran beberapa agama. Ketika manusia itu mati, rohnya akan terangkat ke salah satu alam yang diciptakan Pencipta semesta. Bila ia baik maka ia akan memasuki alam yang baik pula. Sebaliknya, bila ia jahat. Ia akan memasuki alam yang menyiksa rohnya juga.
Namun dalam alur mimpiku kali ini aku diajak melihat dari sudut pandang sebagai roh. Sepenuh pandangan dan beberapa indera ku ditarik keluar dari tubuh yang hanya terdiri dari segumpal jaringan ini. Aku merasa aku melayang, bebas, tak terbeban tak melekat pada satu waktu. Hanya ada aku dan ruang kosong.
Ketika aku mulai mengedipkan mata. Aku seakan ditarik melaju menuju suatu lorong baru. Lorong yang jauh, panjang, gelap. Karena ketakutanku kian memuncak, aku mulai berteriak. Aku berteriak walau tak mengerti apa yang aku alami. Ketika aku membuka mata, aku menyadari aku berada dalam suatu titik. Dimana aku melihat dengan sudut pandang orang kedua yang melihat adanya suatu zigot, awal mulanya perjalanan hidup kita dimulai. Mungkin mimpi ini seakan berkontrakdiksi dengan ajaran agama yang kuakui. Tapi mungkin ntah suatu saat ada seseorang yang sedang mencari arti atau berusaha menggali teka teki mimpi itu sendiri. Mungkin tulisan ini sekiranya menjadi buah pemikiran yang seharusnya berguna kelak.

"Bandung" they said.. 8 Juli 2016


Jam menunjukkan pukul 8 pagi, mata masih terasa berat karena perbincangan yang cukup larut dengan salah satu pendaki gunung asal Palembang. Perbincangan yang aku rasa berat sebelah. Disatu sisi ia terlalu membangga banggakan apa yang ia jalani di Bandung namun juga ia memberi ilmu pendakian ke saya. Di lain sisi aku yang sedikit ingin bercerita tentang perjalanan selama di Bandung namun hanya digubris sebelah mata. Memang masih belum aku temukan orang yang pas untuk diajak ngobrol bareng dan dimasing masing sisi merasa cocok. Ya memang hidup di tanah yang budaya dalam hidupnya tergolong heterogen cukup sulit. Menemukan teman yang berasal dari satu pemikiran dan berasal dari satu budaya masih perlu waktu dan penjelajahan yang lama.
Situasi pagi yang agak kesiangan ini cukup menganggu tidur nyenyak akibat hawa dinginnya Bandung. Dua turis jerman sudah mandi dan siap untuk memulai penjelajahan mereka hari ini. Begitu juga dengan beberapa backpacker lainnya dengan kesibukannya sendiri di pagi hari. Menyiapkan fisik juga menenangkan pikiran sembari bercengkerama dengan sesame turis asing lainnya. Dua wanita jerman berencana hari ini akan ke semarang dengan bis. Sedikit saran dan masukan saya berikan seketika itu pula tanda tanya dan rasa cemas berada diraut muka mereka yang muda.
Setelah pagi yang cukup menjengkelkan dengan dua bule yang aku cap dengan sebutan bule yang matre berselang aku mulai melangkah ke jalanan kota Bandung. Bagaimana tidak kucap sebagai “matre” untuk beberapa alasan yang hanya diketahui oleh dua wanita dengan paras yang membuat beberapa pria diwajibkan menelan ludah ini hanya mau berbicara dengan mereka yang berada diluar lingkaran garis Backpacker yang melanglang buana ketempat yang bahkan oleh siBackpacker sendiri tidak tahu untuk melihat realita yang lebih nyata disbanding gambar di google. Kedua wanita ini seakan akan ingin menyembelih keadaan pria pria jomblo yang ingin mencoba mematahkan label yang dicap ke mereka sendiri. Termasuk saya. Walaupun saya tidak kategori jomblo. Hehehehe. Dibalik itu semua, mereka hanya bercakap cakap dengan pria yang masuk dalam golongan “TOURIST”. Ironi bagi jomblo berkantong pas pas an? IYA! Tapi ini kembali mengajarkanku suatu hal. Terlepas dari bagaimanapun paras indah seorang wanita yang menjadi daya jualnya terhadap kaum adam terkedang memang sering kali dinomor duakan setelah pria mengenal siwanita lebih dekat. Bukannya apa, hanya saja sebuah hubungan yang dijalin dua makhluk dengan kasta tertinggi yang sistemnya dibuat oleh makhluk itu sendiri kedepannya akan mengakibatkan ikatan emosional kuat yang berujung pada suatu hipotesis bahwa paras bukan segalanya. Adanya ikatan emosional tadi membuat kedua ekor makhluk ini semakin mengenal antara satu dengan yang lainnya, hingga membuka tabir yang orang biasa tahu.
Okay, paragraph sebelumya sedikit berlari menlenceng dari kalimat pertama tadi yang seharusnya jadi ppokok pikiran.
Setelah berbincang dengan anita ini aku mulai menjelajah ke depan Stasiun Kota Bandung. Targetku hari ini adalah menempatkan pencapaian diriku melebihi perkiraan mas mas yang bahkan hingga tulisan ini selesai tidak aku tahu namanya. Soalnya malam sebelumnya aku dibuatnya seakan akan tidak berkutik. Dia terlalu membangga bangga kan dirinya sendiri. Ia tidak mau mendengar omongan orang lain selain dirinya sendiri. Lalu apa yang dapat membuat cakap dia tadi berhembus kosong? Ya. Tindakan. Dari sebuah tindakan dia akan yakin sesungguhnya masih banyak orang orang yang memiliki niat yang lebih besar disbanding dia. Bukannya aku mau cakap sombong dalam blog ini. Aku hanya ingin menuangkan pemikiran pribadi seorang mahasisa 2015 UNSOED dalam sebuah blog yang berisi pengalaman hidup atau kalau saya mendefinisikannya lebih tepat lagi sebagai life achievement today. Disamping ada keinginan untuk berbagi pandangan terhadap orang orang sekitar, saya ingin memberi aspirasi dari pemikiran saya sendiri yang terkadang atau bahkan keseringan tergolong abstrak.
Kembali lagi ke topik. Aku mulai menyusuri jalanan di Kota Bandung. Terlalu banyak realita yang harus orang lain perhatikan didunia Bandung ini. Dibalik gemerlapnya malam disini, masih banyak mereka yang merupakan warga asli Bandung maupun pendatang yang hidup dihimpit kejamnya hidup. Dibalik setiap sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah yang memang bertujuan untuk mengenalkan Bandung sebagai kota yang “worthed” untuk menghabiskan dana gaji yang dihimpun berbulan bulan masih banyak kesenjangan disudut sudut kota yang terpinggirkan secara sendirinya. Masih banyak pendidikan yang tidak merata bagi mereka yang tersisih. Namun terlepas dari itu semua keramahan neng neng geulis memang tidak bisa dipukul rata begitu saja. Hidup dalam pergaulan hidup yang bebas tidak membuat beberapa masyarakat lokal atau sekitaran yang meninggalkan kebaikan dari dalam dirinya. Memang hidup di Indonesia cukup berat untuk dijadikan satu judul karena keberagaman yang sulit untuk kamu liat di tempat lain bung.