Jumat, 02 September 2016

Mimpi, Lorong dan Waktu - 20 July 2016



20 July 2016
Pukul 06.27
Banyak yang mengatakan kalau mimpi itu merupakan proses kinerja otak sewaktu manusia tidur. Dan gambaran gambaran dalam mimpi sering kali terkesan abstrak karena penggunaan memori ingatan dengan memori alam bawah sadar yang katanya dapat melebihi dari batas wajar penggunaan otak manusia yaitu 10%. Ya memang dalam keabstrakannya mimpi menyimpan berbagai arti dan berbagai misteri yang kadang membuat manusia itu  jatuh ke dalam mimpinya sendiri untuk digali.
Memang terlalu banyak tanda tanya yang ada dalam mimpi. Terkadang mimpi seakan memberi suatu pertanda akan apa yang akan terjadi, terkadang juga mimpi seakan menjadi teka teki yang harus diselesaikan untuk menjawab beragam pertanyaan di dunia nyata.
Lelap malam ini kian gelap, hari yang melelahkan baru saja memasuki masa tenggangnya. Bulan mulai menyambut mereka yang sudah letih dengan panasnya mentari. Berat mata ini kian terasa ucapan selamat malam dari mereka yang ditunggu tunggu pun tak kunjung datang.
Mimpi kali ini membawaku ke suatu alam dimana perjalanan manusia di bumi dan akhir dari perjalanannya. Aku dibawa ke suatu lorong waktu yang dimulai dari aku lahir. Sorot mataku meyorot pada suatu lorong yang tiba tiba bergerak cepat, sangat cepat. Hingga mendistorsi ruang dan waktu.
Terkadang kita merasa ada dari bagian di mimpi itu yang tidak bisa kita ingat dengan jelas. Memang sepenggal dari mimpi hari ini masih terkesan terlalu abstrak hingga sulit untuk memori jangka pendekku untuk mengingat awal dari penggalan mimpi tadi. Tapi fokusku tertuju pada masa dimana manusia sudah dewasa, tua dan mati. Didalam ajaran beberapa agama. Ketika manusia itu mati, rohnya akan terangkat ke salah satu alam yang diciptakan Pencipta semesta. Bila ia baik maka ia akan memasuki alam yang baik pula. Sebaliknya, bila ia jahat. Ia akan memasuki alam yang menyiksa rohnya juga.
Namun dalam alur mimpiku kali ini aku diajak melihat dari sudut pandang sebagai roh. Sepenuh pandangan dan beberapa indera ku ditarik keluar dari tubuh yang hanya terdiri dari segumpal jaringan ini. Aku merasa aku melayang, bebas, tak terbeban tak melekat pada satu waktu. Hanya ada aku dan ruang kosong.
Ketika aku mulai mengedipkan mata. Aku seakan ditarik melaju menuju suatu lorong baru. Lorong yang jauh, panjang, gelap. Karena ketakutanku kian memuncak, aku mulai berteriak. Aku berteriak walau tak mengerti apa yang aku alami. Ketika aku membuka mata, aku menyadari aku berada dalam suatu titik. Dimana aku melihat dengan sudut pandang orang kedua yang melihat adanya suatu zigot, awal mulanya perjalanan hidup kita dimulai. Mungkin mimpi ini seakan berkontrakdiksi dengan ajaran agama yang kuakui. Tapi mungkin ntah suatu saat ada seseorang yang sedang mencari arti atau berusaha menggali teka teki mimpi itu sendiri. Mungkin tulisan ini sekiranya menjadi buah pemikiran yang seharusnya berguna kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar